Pendahuluan: Mengapa Value Investing Relevan Saat Ini?
Dalam kondisi pasar yang fluktuatif dan kadang penuh spekulasi, pendekatan Value Investing menjadi strategi yang terus relevan. Metode ini berlandaskan pada nilai intrinsik perusahaan, bukan sekadar tren harga.
Value investing bukan hanya teori—ini strategi yang telah mencetak nama-nama besar seperti Benjamin Graham, Warren Buffett, hingga Lo Kheng Hong di Indonesia. Mereka membuktikan bahwa dengan disiplin menganalisis fundamental dan bersabar, investor ritel pun bisa menaklukkan pasar.
Konseptual: Apa itu Value Investing?
Value investing adalah pendekatan investasi yang mencari saham-saham yang diperdagangkan di bawah nilai wajar (intrinsik). Konsep ini dipopulerkan oleh Benjamin Graham dan menjadi fondasi filosofi investasi Warren Buffett.
Nilai intrinsik didasarkan pada:
- Fundamental perusahaan
- Kinerja keuangan historis
- Prospek jangka panjang
Benjamin Graham
Menyebut saham undervalued sebagai “perusahaan bagus yang dijual dalam diskon besar.”
Warren Buffett
Menambahkan bahwa ia lebih suka membeli “perusahaan luar biasa dengan harga wajar, daripada perusahaan biasa dengan harga murah.”
Strategi Analisis Fundamental: Pilar Value Investing
Dalam pendekatan value investing, analisis fundamental adalah senjata utama untuk mengenali saham potensial.
A. Screening Awal Saham
Gunakan rasio keuangan untuk filter awal:
| Rasio Keuangan | Kriteria Ideal | Penjelasan |
|---|---|---|
| PER | < 15 | Menilai harga terhadap laba per saham |
| PBV | < 1.5 | Apakah harga lebih rendah dari nilai bukunya |
| ROE | > 15% | Efisiensi modal dalam menghasilkan laba |
| DER | < 1 | Risiko utang yang rendah |
Tools: Stockbit, RTI Business, IPOT
B. Analisis Laporan Keuangan
Laporan laba rugi: tren pertumbuhan revenue dan laba Neraca keuangan: kekuatan aset vs liabilitas Arus kas: arus kas operasional harus positif
Menghitung Nilai Intrinsik: Pendekatan Praktis
Terdapat beberapa metode menghitung nilai intrinsik saham:
A. Discounted Cash Flow (DCF)
DCF menghitung nilai sekarang dari proyeksi arus kas masa depan yang didiskon dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Metode ini cocok untuk perusahaan dengan arus kas stabil dan dapat diproyeksikan.
- Proyeksi arus kas masa depan
- Diperhitungkan diskonto (cost of capital)
Rumus dasar DCF: $$ \text{Nilai Intrinsik} = \sum_{t=1}^{n} \frac{FCF_t}{(1 + r)^t} + \frac{TV}{(1 + r)^n} $$
- FCF = Free Cash Flow (Arus Kas Bebas)
- r = Discount Rate (Tingkat Diskonto)
- n = Jumlah tahun proyeksi
- TV = Terminal Value (nilai akhir setelah tahun ke-n)
Contoh Perhitungan
Misalkan kita memiliki data berikut:
- FCF tahun 1-5: Rp 100 juta, Rp 103 juta, Rp 106.09 juta, Rp 109.27 juta, Rp 112.55 juta
- Discount Rate (r): 10%
- Terminal Growth Rate (g): 3%
Langkah-langkah perhitungan:
- Hitung nilai sekarang dari FCF tiap tahun:
$$ \text{Tahun 1}: \frac{100}{(1 + 0.1)^1} = 90.91 $$
$$ \text{Tahun 2}: \frac{103}{(1 + 0.1)^2} = 85.95 $$
$$ \text{Tahun 3}: \frac{106.09}{(1 + 0.1)^3} = 80.18 $$ $$ \text{Tahun 4}: \frac{109.27}{(1 + 0.1)^4} = 74.53 $$ $$ \text{Tahun 5}: \frac{112.55}{(1 + 0.1)^5} = 69.00 $$
- Hitung Terminal Value (TV):
$$ \text{TV}: \frac{FCF_5 \times (1 + g)}{r - g} = \frac{112.55 \times 1.03}{0.1 - 0.03} = 1,655.79 $$
- Hitung nilai sekarang dari TV:
$$ \text{TV}: \frac{1,655.79}{(1 + 0.1)^5} = 1,026.02 $$
- Jumlahkan semua nilai sekarang:
$$ 90.91 + 85.95 + 80.18 + 74.53 + 69.00 + 1,026.02 = 1,426.59 $$ Nilai Intrinsik (DCF) ≈ Rp 1,426.59 juta
B. Dividend Discount Model (DDM)
DDM menghitung nilai wajar saham berdasarkan proyeksi dividen yang akan diterima di masa depan.
Rumus dasar DDM: $$ \text{Nilai Intrinsik} = \frac{D_1}{r - g} $$
- D₁ = Dividen tahun depan
- r = Cost of Equity (Tingkat Pengembalian Ekuitas)
- g = Pertumbuhan dividen
Contoh Perhitungan
Misalkan kita memiliki data berikut:
- Dividen tahun depan (D₁): Rp 5 juta
- Cost of Equity (r): 8%
- Pertumbuhan dividen (g): 2%
Nilai intrinsik dapat dihitung sebagai berikut:
$$ \frac{5}{0.08 - 0.02} = \frac{5}{0.06} = 83.33 $$ Nilai Intrinsik (DDM) ≈ Rp 83.33 juta
C. Graham Number
Graham Number adalah pendekatan konservatif dari Benjamin Graham untuk menilai nilai wajar saham berdasarkan EPS dan BVPS.
Rumus Graham Number: $$ \text{Graham Number} = \sqrt{22.5 \times EPS \times BVPS} $$
- EPS = Earnings Per Share (Laba per Saham)
- BVPS = Book Value Per Share (Nilai Buku per Saham)
Contoh Perhitungan
Misalkan kita memiliki data berikut:
- EPS: Rp 10
- BVPS: Rp 20
Nilai intrinsik dapat dihitung sebagai berikut:
$$ \sqrt{22.5 \times 10 \times 20} = \sqrt{4,500} = 67.08 $$
Nilai Intrinsik (Graham Number) ≈ Rp 67.08 per saham
Studi Kasus: Emiten Indonesia yang Jadi Multibagger
Berikut beberapa contoh emiten yang sebelumnya undervalued namun menjadi multibagger:
| Emiten | Tahun | Sinyal Value | Kinerja |
|---|---|---|---|
| BBCA | Awal 2000-an | PBV < 1, ROE tinggi | Menjadi bank top ASEAN |
| ACES | Pasca 2008 | Laba stabil, PER rendah | Return 5–10x dalam 10 tahun |
| INDY | 2016–2017 | PBV sangat rendah | Lonjakan dari Rp300 → Rp3.000+ |
📌 Catatan:
Kinerja masa lalu bukan jaminan, namun menunjukkan pola fundamental yang bisa diidentifikasi sejak awal.
Risiko dan Margin of Safety
Value investing bukan tanpa risiko. Oleh karena itu penting untuk selalu menjaga Margin of Safety:
- Beli di harga 20–40% lebih rendah dari nilai wajar
- Hindari value trap (saham murah karena memang kinerjanya buruk)
- Selalu pertimbangkan kualitas manajemen dan potensi industri
Tips Praktis bagi Investor Ritel
✅ Selalu baca laporan tahunan, bukan hanya lihat grafik.
✅ Gunakan screener, tapi verifikasi manual.
✅ Fokus pada bisnis yang Anda pahami.
✅ Bersabar — return besar butuh waktu.
“The stock market is a device for transferring money from the impatient to the patient.” – Warren Buffett
Kesimpulan
Mengidentifikasi emiten potensial melalui value investing bukan sekadar mencari saham murah. Ini adalah kombinasi antara data, intuisi, dan disiplin jangka panjang. Dengan pendekatan analitis yang konsisten, investor dapat menemukan peluang emas yang tersembunyi di tengah dinamika pasar.
Referensi
- Graham, B. (2003). The Intelligent Investor
- Fisher, P. (1996). Common Stocks and Uncommon Profits
- Buffett, W. (Shareholder Letters)
- IDX Laporan Keuangan: https://idx.co.id
- Stock Screening Tools: Stockbit, RTI Business, IPOT